Latar
Belakang adanya DAK BETON KERATON (Keramik Komposit Beton)
Sebagai
negara berkembang pembangunan infrastruktur di Indonesia seakan tiada berhenti.
Baik berupa gedung bertingkat, jalan, jembatan, dan terutama perumahan sebagai
hunian. Kebutuhan hunian yang nyaman dan aman semakin tinggi terutama di
wilayah perkotaan. Namun hal ini dibatasi oleh semakin terbatasnya lahan
pemukiman yang tersedia dan diiringi tingginya harga tanah. Hal ini mendorong
pertumbuhan bangunan bertingkat secara vertikal keatas di perkotaan
Akan tetapi masalah baru pun timbul. Kebutuhan akan bangunan bertingkat juga meningkatkan harga material bahan bangunan dan upah tukang pun menjadi semakin tinggi. Membangun bangunan vertikal mewajibkan untuk membuat sistem lantai beton yang baik. Lantai beton alias dak beton yang dibangun secara konvensional banyak memerlukan material non permanen seperti perancah/bekisting kayu dan cetakan beton yang juga terbuat dari kayu. Dak beton konvensional pun membutuhkan banyak material besi beton dalam jumlah besar. Selain itu keahlian tukang dalam merakit besi beton juga menentukan kekuatan struktur beton. Kedua hal inilah yang mengiringi mahalnya biaya membuat bangunan vertikal
Akan tetapi masalah baru pun timbul. Kebutuhan akan bangunan bertingkat juga meningkatkan harga material bahan bangunan dan upah tukang pun menjadi semakin tinggi. Membangun bangunan vertikal mewajibkan untuk membuat sistem lantai beton yang baik. Lantai beton alias dak beton yang dibangun secara konvensional banyak memerlukan material non permanen seperti perancah/bekisting kayu dan cetakan beton yang juga terbuat dari kayu. Dak beton konvensional pun membutuhkan banyak material besi beton dalam jumlah besar. Selain itu keahlian tukang dalam merakit besi beton juga menentukan kekuatan struktur beton. Kedua hal inilah yang mengiringi mahalnya biaya membuat bangunan vertikal
Masalah tingginya
biaya ini mendorong memunculkan teknologi dan material baru yang lebih efisien
dan ekonomis. Kini selain cara konvesional (cor beton dan kayu)
telah ditemukan material baru sebagai alternatif untuk membuat pelat
lantai beton yaitu DAK BETON CEILING BRICK atau lebih dikenal di
Indonesia sebagai DAK BETON KERATON ( KERAMIK KOMPOSIT BETON)
Bahan Bata
Keraton
Keramik komposit beton atau keraton,
sebenarnya merupakan pelat rusuk. Bentuk dan bahan pembuat keraton menyerupai
balok bata, tetapi bagian tengahnya berlubang-lubang. Lubang ini bukanlah
sembarang lubang, melainkan konstruksi yang sudah dihitung dengan tepat,
sehingga membuat bahan ini kuat digunakan sebagai pelat lantai. Keramik
ini mempunyai rongga yang diperhatikan secara seksama menyerupai huruf “V”.
Bila sudah terpasang nanti, rongga “V” ini seakan-akan menumpu beban yang ada
di atasnya. Untuk membuat plat keraton ini dirangkai dan direkatkan dengan
beton. Keraton
yang baik adalah campuran tanah liat yang dipanasi sampai diatas 1000 derajat
celcius.
Keberadaan
lubang atau rongga ternyata dapat mengurangi berat keraton dibanding beton
masif konvesional. Untuk memperkuat strukturnya, keraton juga diberi
tulangan baja yang diletakkan di keempat sisinya dan kemudian dicor dengan
beton. Pemberian tulang dilakukan dengan penulangan searah (one way slab). Ini
karena tulangan hanya dikaitkan dengan dua balok yang berhadapan. Selain
itu, penggunaan keraton juga dapat menghemat besi beton hingga 70%. Dengan demikian
konstruksi keraton merupakan struktur pelat lantai bangunan bertingkat yang
efisien, praktis dan ekonomis.
Asal Mula
DAK BETON KERATON
Bahan
material ini lahir atas kerjasama beberapa Negara di Eropa (Jerman dan Belanda)
sekitar seratus tahun yang lalu. Kemudian teknologi material ini dibawa ke
Indonesia melalui proyek bantuan teknis pembangunan industri bahan bangunan
yang diawasi oleh UNIDO/UNDP (PBB Project INS/74/034). Pada proyek penelitian
yang berlangsung sekitar tahun 1977, bahan material ini diteliti penggunaannya
pada sebuah rumah contoh di Puslitbangkim Cipta Karya Pekerjaan Umum
Aplikasi
material pada penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari Ir. Emon
Sulaiman (Alm) dan Nasan Subagia. Kemudian dikembangkan lagi dengan modifikasi
modem oleh Ir. Judadi dan Dipl.Ing Yudiro pada tahun 1984. Setelah itu pada
tahun 1990 dikembangkan lagi modifikasinya oleh Ir. Bambang Mursodo
Keuntungan menggunakan Dak Keraton (Keramik Komposit Beton)
1. Kekuatannya Sama
1. Kekuatannya Sama
Kekuatan dak beton keraton sama
dengan kekuatan dak beton konvensional. Melalui serangkaian uji coba di
laboratorium terhadap rangkaian dak keraton yang telah terpasang dengan baik
dan benar, para ahli melakukan uji tekan pada rangkaian keraton. Hasilnya keraton
mampu menahan uji tekan dengan beban hingga 500 kg/m2. Hasil ini sesuai dengan
hasil Loading Test-II No.LB/BPPPU/001-12/IX/9906.09.99. Hasil uji ini hampir
sama dengan kekuatan tekan pada dak beton konvensional. Tetapi hal PENTING yang
HARUS diperhatikan adalah kekuatan struktur pondasi bangunan untuk dak keraton
adalah sama dengan dak konvensional. Penggunaan dak keraton adalah sebagai solusi
untuk membuat lantai dak, bukan untuk mengakali kekuatan struktur pondasi. STRUKTUR
PONDASI BANGUNAN YANG KUAT ADALAH WAJIB.
2. Bobotnya Lebih Ringan
Bobot dak lantai beton Keraton lebih
ringan yaitu sekitar 130-150 kg/m2 dibandingkan dengan dak beton konvensional
yang sekitar 288 kg/m2. Ini karena Keraton memiliki rongga didalamnya dan
material pembentuknya adalah tanah liat. Bobot yang ringan ini menyebabkan
beban strukur yang didukung oleh kolom bisa dihemat. Selain itu, menurut Ir.
Bambang Mursodo, keuntungan bobot yang ringan akan memperkecil gaya gempa yang
diterima oleh stuktur bangunan.
3. Lebih Ekonomis
3. Lebih Ekonomis
Biaya untuk membangun
lantai dak beton keraton lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan beton
konvensional. Dak beton konvensional dibentuk dari pasir, batu (split atau
koral) dan semen kemudian diberi tulangan baja. Bila menggunakan keraton, maka
pemakaian beton dapat dihemat hingga 60%. Ini karena pengecoran beton hanya
dilakukan pada lapisan diatas keraton (setebal 1-3cm) dan celah antara satu
keraton dengan keraton lainnya. Tulangan baja yang digunakannya pun juga lebih
sedikit karena menggunakan sistem tulangan searah (one way slab).
4. Lebih Cepat
4. Lebih Cepat
Bila menggunakan beton
konvensional, plat/dak lantai harus diberi bekisting/perancah untuk menahan
cetakannya. Membuat bekisting dan cetakan beton yang presisi juga memerlukan
waktu yang tidak sebentar. Sedangkan dengan dak keraton anda tidak perlu
menggunakan cetakan dan bekisting dalam jumlah yang banyak. Bekisting hanya
diletakkan pada ujung tumpuan balok. Karena keuntungan ini, anda dapat membuat
plat/dak beton tanpa harus membongkar atap rumah keseluruhan terlebih dahulu.
Tidak hanya itu, bila rumah anda dibangun dari awal dengan menggunakan
bekisting yang minim, pekerjaan finishing di lantai bawah dapat segera
diselesaikan tanpa harus menunggu selesainya pembuatan plat/dak beton di
atasnya. Dak konvensional juga harus menunggu selama minimal tiga minggu untuk
memastikan beton yang dibuat telah ‘jadi’. Berbeda dengan Dak Keraton yang
hanya butuh maksimal dua minggu, satu minggu saat keraton dirakit dan satu minggu
setelah membuat topping plesteran semen diatas keraton yang telah terpasang diatas.
5. Isolator
Rongga didalam bata keraton ini
juga memberikan keuntungan tambahan yaitu dapat meredam panas dan bunyi karena
berfungsi sebagai isolator. Rongga-rongga tersebut memang dirancang secara
khusus dan seragam. Keberadaan rongga ini diukur dan dibentuk oleh para ahli
perancang keraton, sehingga bukanlah bentuk yang dibuat secara sembarangan.
Dengan beragam keuntungan yang akan menghemat anggaran membangun atau merenovasi rumah bertingkat, keraton dapat digunakan sebagai bahan material alternatif untuk membuat lantai dak yang MURAH-MUDAH-CEPAT-EFISIEN-SAMA KUATNYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar