Sabtu, 18 Januari 2014

SISTEM PENULANGAN DAK BETON


Dalam teknologi bangunan bertingkat dikenal  teknologi double slab dan one way slab. Double slab sudah  lazim  digunakan untuk bangunan bertingkat yang lebih dikenal dengan DAK KONVENSIONAL  yang menggunakan slab dua arah.Sedangkan ONE WAY SLAB, adalah slab satu arah yang aplikasinya sudah lazim digunakan pada bangunan jembatan maupun flyover,teknologi ini memakai system precast.



Di daratan Eropa, teknologi one way slab sudah berpuluh-puluh tahun dikembangkan untuk bangunan rumah bertingkat,baik rumah tinggal, ruko, rukan, rumah flat maupun apartemen,karena mempunyai kelebihan kelebihan seperti Lebih Ringan, Lebih Hemat,Lebih Praktis, Lebih Cepat dalam pelaksanaanya dan Ramah Lingkungan. Lebih ringan karena  one way slab bobotnya lebih ringan hampir 40 persen dari dak konvensional. Lebih hemat,teknologi ini memerlukan material lebih sedikit dari dak konvensional,misalnya pembesiannya hemat hampir 45 persen,menggunakan perancah atau bekisting yang tidak terlalu banyak, semen pasir yang relatif sedikit, belum lagi hanya membutuhkan tenaga kerja  yang tidak begitu banyak. Lebih praktis karena hanya di precast setelah itu baru digelar dan bertumpu pada ring balok. Lebih cepat dalam pelaksanaannya dibanding dak konvensional. One way slab dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan suara berisik dan tidak meninggalkan limbah.



Di Indonesia,teknologi one way slab mulai dikembangkan pada paruh pertama tahun 1980 an oleh para ahli teknik sipil Indonesia yang sedang  tugas belajar di daratan Eropa timur, mereka mengadopsinya dengan melakukan serangkaian penelitian sekembalinya ke tanah air.Setelah melakukan serangkaian penelitian di Pustekim, Departemen Pemukiman dan Prasana  di Bandung,mereka melanjutkannya dengan mesosialisasikan ke masyarakat luas, namun usaha keras mereka baru bisa diterima oleh masyarakat luas pada pertengahan 1990 an, berbarengan dengan melambungnya harga harga material bangunan.

Dalam perhitungan struktur yang sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 dikenal adanya penulangan pelat/dak lantai satu arah dan dua arah. Menurut Istimawan Dipohusodo (dalam bukunya Struktur Beton Bertulang) yang disebut penulangan satu arah adalah penulangan yang dipasang pada arah tegak lurus terhadap dukungan (balok) atau penulangan yang didukung pada dua tepi yang berhadapan sedemikian hingga lenturan timbul  hanya dalam satu arah, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. Karena itu pelat/dak lantai tersebut hanya didukung pada kedua sisinya.

Lazimnya penulangan satu arah dilakukan apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek pelat lantai yang saling tegak lurus lebih besar dari 2. Untuk keramik komposit beton, tulangnya diambil pada sisi yang pendek. Bila ukuran pelat lantainya adalah 6  x 3 m, maka tulangnya diambil pada sisi arah tegak lurus sisi terpanjangnya. Dengan demikian keraton akan mempunyai bentang 3 m.


Sedangkan yang disebut dengan tulangan dua arah penulangan yang didukung oleh keempat sisi pelat/dak lantai beton. Lenturan yang akan timbul yaitu lenturan pada dua arah yang saling tegak lurus. Penulangan dua arah seperti lazimnya digunakan pada pembuatan dak beton konvensional.

Rabu, 15 Januari 2014

KERATON SEBAGAI SOLUSI




Latar Belakang adanya DAK BETON KERATON (Keramik Komposit Beton)

Sebagai negara berkembang pembangunan infrastruktur di Indonesia seakan tiada berhenti. Baik berupa gedung bertingkat, jalan, jembatan, dan terutama perumahan sebagai hunian. Kebutuhan hunian yang nyaman dan aman semakin tinggi terutama di wilayah perkotaan. Namun hal ini dibatasi oleh semakin terbatasnya lahan pemukiman yang tersedia dan diiringi tingginya harga tanah. Hal ini mendorong pertumbuhan bangunan bertingkat secara vertikal keatas di perkotaan

Akan tetapi masalah baru pun timbul. Kebutuhan akan bangunan bertingkat juga meningkatkan harga material bahan bangunan dan upah tukang pun menjadi semakin tinggi. Membangun bangunan vertikal mewajibkan untuk membuat sistem lantai beton yang baik. Lantai beton alias dak beton yang dibangun secara konvensional banyak memerlukan material non permanen seperti perancah/bekisting kayu dan cetakan beton yang juga terbuat dari kayu. Dak beton konvensional pun membutuhkan banyak material besi beton dalam jumlah besar. Selain itu keahlian tukang dalam merakit besi beton juga menentukan kekuatan struktur beton. Kedua hal inilah yang mengiringi mahalnya biaya membuat bangunan vertikal

Masalah tingginya biaya ini mendorong memunculkan teknologi dan material baru yang lebih efisien dan ekonomis. Kini  selain cara konvesional (cor beton dan kayu) telah ditemukan material baru sebagai alternatif  untuk membuat pelat lantai beton yaitu DAK BETON CEILING BRICK atau lebih dikenal di Indonesia sebagai DAK BETON KERATON ( KERAMIK KOMPOSIT BETON)

Bahan Bata Keraton

Keramik komposit beton atau keraton, sebenarnya merupakan pelat rusuk. Bentuk dan bahan pembuat keraton menyerupai balok bata, tetapi bagian tengahnya berlubang-lubang. Lubang ini bukanlah sembarang lubang, melainkan konstruksi yang sudah dihitung dengan tepat, sehingga membuat bahan ini kuat digunakan sebagai pelat lantai. Keramik ini mempunyai rongga yang diperhatikan secara seksama menyerupai huruf “V”. Bila sudah terpasang nanti, rongga “V” ini seakan-akan menumpu beban yang ada di atasnya. Untuk membuat plat keraton ini dirangkai dan direkatkan dengan beton. Keraton yang baik adalah campuran tanah liat yang dipanasi sampai diatas 1000 derajat celcius.

Keberadaan lubang atau rongga ternyata dapat mengurangi berat keraton dibanding beton masif konvesional. Untuk memperkuat strukturnya, keraton juga diberi tulangan baja yang diletakkan di keempat sisinya dan kemudian dicor dengan beton. Pemberian tulang dilakukan dengan penulangan searah (one way slab). Ini karena tulangan hanya dikaitkan dengan dua balok yang berhadapan. Selain itu, penggunaan keraton juga dapat menghemat besi beton hingga 70%. Dengan demikian konstruksi keraton merupakan struktur pelat lantai bangunan bertingkat yang efisien, praktis dan ekonomis.

Asal Mula DAK BETON KERATON

Bahan material ini lahir atas kerjasama beberapa Negara di Eropa (Jerman dan Belanda) sekitar seratus tahun yang lalu. Kemudian teknologi material ini dibawa ke Indonesia melalui proyek bantuan teknis pembangunan industri bahan bangunan yang diawasi oleh UNIDO/UNDP (PBB Project INS/74/034). Pada proyek penelitian yang berlangsung sekitar tahun 1977, bahan material ini diteliti penggunaannya pada sebuah rumah contoh di Puslitbangkim Cipta Karya Pekerjaan Umum 



Aplikasi material pada penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari Ir. Emon Sulaiman (Alm) dan Nasan Subagia. Kemudian dikembangkan lagi dengan modifikasi modem oleh Ir. Judadi dan Dipl.Ing Yudiro pada tahun 1984. Setelah itu pada tahun 1990 dikembangkan lagi modifikasinya oleh Ir. Bambang Mursodo 

Keuntungan menggunakan Dak Keraton (Keramik Komposit Beton)

1. Kekuatannya Sama
Kekuatan dak beton keraton sama dengan kekuatan dak beton konvensional. Melalui serangkaian uji coba di laboratorium terhadap rangkaian dak keraton yang telah terpasang dengan baik dan benar, para ahli melakukan uji tekan pada rangkaian keraton. Hasilnya keraton mampu menahan uji tekan dengan beban hingga 500 kg/m2. Hasil ini sesuai dengan hasil Loading Test-II No.LB/BPPPU/001-12/IX/9906.09.99. Hasil uji ini hampir sama dengan kekuatan tekan pada dak beton konvensional. Tetapi hal PENTING yang HARUS diperhatikan adalah kekuatan struktur pondasi bangunan untuk dak keraton adalah sama dengan dak konvensional. Penggunaan dak keraton adalah sebagai solusi untuk membuat lantai dak, bukan untuk mengakali kekuatan struktur pondasi. STRUKTUR PONDASI BANGUNAN YANG KUAT ADALAH WAJIB.

2. Bobotnya Lebih Ringan
Bobot dak lantai beton Keraton lebih ringan yaitu sekitar 130-150 kg/m2 dibandingkan dengan dak beton konvensional yang sekitar 288 kg/m2. Ini karena Keraton memiliki rongga didalamnya dan material pembentuknya adalah tanah liat. Bobot yang ringan ini menyebabkan beban strukur yang didukung oleh kolom bisa dihemat. Selain itu, menurut Ir. Bambang Mursodo, keuntungan bobot yang ringan akan memperkecil gaya gempa yang diterima oleh stuktur bangunan.

3. Lebih Ekonomis
 Biaya untuk membangun lantai dak beton keraton lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan beton konvensional. Dak beton konvensional dibentuk dari pasir, batu (split atau koral) dan semen kemudian diberi tulangan baja. Bila menggunakan keraton, maka pemakaian beton dapat dihemat hingga 60%. Ini karena pengecoran beton hanya dilakukan pada lapisan diatas keraton (setebal 1-3cm) dan celah antara satu keraton dengan keraton lainnya. Tulangan baja yang digunakannya pun juga lebih sedikit karena menggunakan sistem tulangan searah (one way slab).

4. Lebih Cepat
Bila menggunakan beton konvensional, plat/dak lantai harus diberi bekisting/perancah untuk menahan cetakannya. Membuat bekisting dan cetakan beton yang presisi juga memerlukan waktu yang tidak sebentar. Sedangkan dengan dak keraton anda tidak perlu menggunakan cetakan dan bekisting dalam jumlah yang banyak. Bekisting hanya diletakkan pada ujung tumpuan balok. Karena keuntungan ini, anda dapat membuat plat/dak beton tanpa harus membongkar atap rumah keseluruhan terlebih dahulu. Tidak hanya itu, bila rumah anda dibangun dari awal dengan menggunakan bekisting yang minim, pekerjaan finishing di lantai bawah dapat segera diselesaikan tanpa harus menunggu selesainya pembuatan plat/dak beton di atasnya. Dak konvensional juga harus menunggu selama minimal tiga minggu untuk memastikan beton yang dibuat telah ‘jadi’. Berbeda dengan Dak Keraton yang hanya butuh maksimal dua minggu, satu minggu saat keraton dirakit dan satu minggu setelah membuat topping plesteran semen diatas keraton yang telah terpasang diatas.

5. Isolator
Rongga didalam bata keraton ini juga memberikan keuntungan tambahan yaitu dapat meredam panas dan bunyi karena berfungsi sebagai isolator. Rongga-rongga tersebut memang dirancang secara khusus dan seragam. Keberadaan rongga ini diukur dan dibentuk oleh para ahli perancang keraton, sehingga bukanlah bentuk yang dibuat secara sembarangan.

Dengan beragam keuntungan yang akan menghemat anggaran membangun atau merenovasi rumah bertingkat, keraton dapat digunakan sebagai bahan material alternatif untuk membuat lantai dak yang MURAH-MUDAH-CEPAT-EFISIEN-SAMA KUATNYA

Rabu, 08 Januari 2014

TEKNIS MEMBUAT DAK BETON DENGAN CEPAT DAN TEPAT



Untuk menambah luas lantai secara vertikal, Anda membutuhkan pelat lantai atau dikenal sebagai dak. Pembuatan dak dapat dilakukan dengan metode konvesional, yaitu menggunakan cor beton dan metode pabrikasi. Ingin tahu bagaimana tahapannya?
Namun, sebelum mengedak, Anda perlu mengetahui luasan pelat lantai yang akan dicor. Bila luasan lebih dari 3 meter x 3 meter, Anda dapat menggunakan balok anak. Pelat lantai yang menggunakan balok anak ketebalan cornya minimal 12 sentimeter, yang bukan ketebalannya 15 sentimeter.
Komposisi beton
Setelah mengetahui luasan pelat lantai, ketahui pula komposisi beton. Pemakaian beton sendiri dimaksudkan untuk pekerjaan struktural dan nonstruktural. Untuk pekerjaan nonstruktural, misalnya, beton mutu B0, volume pasir, kerikil atau batu pecahannya jangan sampai melampaui takaran 8:1.
Sementara itu, untuk struktural biasanya memakai beton mutu B1 dan K125 dengan campuran semen, pasir dan split berkomposisi 1:2:3. Contohnya, jika semen 50 kilogram, maka pasir 100 kilogram, dan split 150 kilogram. Setelah itu, biasanya campuran ditambah pengeras beton sesuai aturan pada kemasan.
Rasio air terhadap semen biasanya 10 – 20 persen, dihitung berdasarkan berat semen yang dipakai. Kelebihan air pada campuran dapat mengakibatkan retak-retak di dalam beton setelah kering.
Air yang tidak ikut bereaksi menguap akan membentuk pori-pori. Hal ini akan mempengaruhi kekuatan beton yang dihasilkan. Ini juga menjadi salah satu alasan, bahwa pengecoran tidak boleh dilakukan ketika hujan, kecuali tempat pengecoran terlindung dari air.
Pengadukan
Proses selanjutnya adalah pencampuran bahan-bahan dasar beton. Pada saat pencampuran, usahakan agar Anda mengaduk sampai adukan bersifat homogen, yakni warna merata, tidak terlalu cair atau kental, serta tidak muncul segregasi atau buti-butir terpisah. Pengadukan kurang homogen akan menghasilkan beton dengan kualitas kurang baik.
Untuk mengaduk, bisa dilakukan secara manual atau dengan mesin. Sedangkan untuk proses pengecoran, harus dilakukan dalam waktu 1 hari. Apabila seluruh pekerjaan pembetonan manual, maka tenaga tukang yang tersedia harus mencukupi supaya pekerjaan selesai dalam sehari. Ilustrasinya, jika Anda menggunakan rasio jumlah tukang dan volume pekerjaan, maka standarnya 0,5 meter kubik per orang.
Untuk lantai 10 meter kubik, maka dibutuhkan 20 tukang. Agar efisien, pekerjaan pembetonan bisa dikompilasi dengan mesin.
Pengecoran

Sebelum menuangkan adukan beton, bekisting perlu lebih dulu dibuat kemudian lakukan pembesian. Pembesian elemen struktur seperti kolom, balok, pelat saling mengikat sehingga menjadi kesatuan rangkaian. Agar jalinan semakin kaku maka semua elemen tersebut dicor bersamaan dalam waktu cepat.
Pada proses bekisting, biasanya sisi papan berhadapan dengan adukan beton yang diolesi minyak atau oli. Tujuannya agar setelah kering, pencetaknya tidak melekat pada beton.

Adonan semen jangan dibiarkan terlalu lama di tempat pengadukan karena dapat mengeras. Setelah dituang, cor beton akan cepat mengeras, cara menyiasatinya setelah pengecoran beton disiram dengan air bersih sedikit demi sedikit setiap hari selama 14 hari (proses curing beton). Hasil optimalnya, Anda bisa menunggu cetakan beton hingga 3 minggu atau 21 hari.
Sumber : Tabloid Rumah

Jumat, 03 Januari 2014

CV. PERDANA ABADI

Kami CV. PERDANA ABADI

Mengucapkan :

SELAMAT TAHUN BARU 2014

Semoga Kesuksesan Untuk Kita Semua